Situ Gede Tasikmalaya

Photo of author

Situ gede atau biasa disebut Situ Ageung oleh masyarakat sekitar, situ ini mempunyai luas 6 hektar dan mempunyai kedalaman air hingga 6 meter.

Di situ tersebut terdapat pulau kecil ditengahnya dan terdapat makam Eyang Prabudilaya yang merupakan tokoh penguasa yang melegenda bagi masyarakat Tasikmalaya.

Eyang Prabudilaya merupakan pangeran dari kerajaan sumedang,beliau sosok yang gemar mencari ilmu apalagi ilmu agama salah satunya.

Dua istri yang bernama Dewi Cahya Karembong dan Dewi Kondanghapa suatu ketika karena dua istrinya ini merasa diabaikan karena suaminya terlalu sibuk bahkan sampai tidak ada waktu lagi buat mereka.

Lalu,ada niat jahat dari pikiran istrinya ini untuk membunuh Eyang Prabudilaya atau Pangeran Sumedang ini kemudian setelah meninggal mayatnya dikuburkan disekitar pulau kecil.

Mitos lain menyebutkan di kedalaman situ dijaga oleh 4 sosok ikan raksasa ghaib, sosok ini siap menjaga dan mengganggu siapa yang niatnya tidak baik. Sosok yang dimaksud adalah si Kohkol yang berbentuk ikan Gabus,si Layung yang berbentuk ikan mas,Si Genjreng yang sisiknya berbunyi seperti genjreng dan si Gendang yang suaranya seperti Gendang.Ikan-ikan ini muncul biasanya akan mengalami kejadian seperti perahu terbalik,orang tenggelam dan lainnya sebagainya. Pantrangan di Situ ini melarang warga Sumedang dilarang ke Situ ini apabila melanggar maka akan ada kejadian yang menimpa seperti tenggelam.

Di situ juga terdapat batu pengantin yang dimaksud pengantin disini adalah batu besar sepasang mawar di atas permukaan Situ Gede. Seperti cerita mengenai keberadaan Si Layung, seekor ikan mas merah berukuran raksasa.

Menurut cerita, jika Si Layung muncul ke permukaan air maka langit di Situ Gede akan muncul lembayung. Langit senja Situ Gede akan indah dengan warna kuning kemerahan.

Kan namanya juga Si Layung, dalam bahasa Indonesia berarti lembayung. Jadi kalau sore ada lembayung, jadi pertanda Si Layung sedang muncul ke permukaan, kata Kukus, salah seorang warga Situ Gede, belum lama ini.

Jika sudah begitu maka para pemancing biasanya menyudahi aktivitasnya karena takut terjadi hal yang tak diinginkan.

“Si Layung ini biasanya akan “nembongan” (menampakan diri) kepada pemancing yang “sompral” (sembarangan berbicara),” kata kukus orang asli sana.