Goa Pamijahan 1 [Goa Safarwadi]

Photo of author

Peziarah mengunjungi makam Syekh Haji Abdul Muhyi untuk shalat dan berdoa, kemudian melanjutkan perjalanan ke Goa Safarwadi yang tak jauh dari lokasi makam. Di goa itu terdapat petilasan Syekh Haji Abdul Muhyi, seperti pertapaan, masjid, batu Peci Haji, dan tempat yang dulunya dipercaya sebagai pesantren.

Terdapat pula stalaktit (hasil sedimentasi yang mengantung di langit-langit goa) dan stalagmit (sedimentasi yang terbentuk di dasar goa) yang menambah pesona goa tersebut. Goa Safarwadi Nama Safarwadi berasal dari bahasa Arab, yaitu “safar” (jalan) dan “wadi” (lembah/jurang). Jadi, Safarwadi adalah jalan yang berada di atas jurang, sesuai dengan letaknya di antara dua bukit di pinggir kali.

Goa Safarwadi merupakan salah satu tujuan utama peziarah yang berkunjung ke Pamijahan. Panjang lorong goa sekitar 284 meter dan lebar 24,5 meter. Peziarah bisa menyusuri goa dalam waktu dua jam. Salah satu bagian goa yang paling sering dikunjungi adalah hamparan cadas berukuran sekitar 12 meter x 8 meter yang disebut sebagai Lapangan Baitullah. Tempat itu dulu sering dipakai shalat Abdul Muhyi bersama para santrinya.

Di samping lapangan cadas itu terdapat sumber air Cikahuripan yang keluar dari sela-sela dinding batu cadas. Mata air itu terus mengalir sepanjang tahun. Oleh masyarakat sekitar, air itu dipopulerkan sebagai air “zamzam” Pamijahan. Air itu dipercaya memiliki berbagai khasiat. Menjelang Ramadhan, para peziarah di Pamijahan tak lupa membawa botol air dalam kemasan, bahkan jeriken, untuk menampung air “zamzam” itu. Dengan minum air itu, badan diyakini tetap sehat selama menjalankan ibadah puasa.

Siapa Syekh Haji Abdul Muhyi? Tokoh ulama yang lahir di Mataram tahun 1650 ini adalah tokoh agama yang diziarahi di Pamijahan. Abdul Muhyi tumbuh dan menghabiskan masa mudanya di Gresik dan Ampel, Jawa Timur. Ia pernah menuntut ilmu di Pesantren Kuala Aceh selama delapan tahun. Ia kemudian memperdalam Islam di Baghdad pada usia 27 tahun dan menunaikan ibadah haji.

Setelah berhaji, ia kembali ke Jawa untuk membantu misi Sunan Gunung Jati menyebarkan agama Islam di Jawa Barat. Awalnya Abdul Muhyi menyebarkan Islam di Darma, Kuningan, dan menetap di sana selama tujuh tahun. Selanjutnya, ia mengembara hingga Selanjutnya, ia mengembara hingga ke Pameungpeuk, Garut selatan, selama setahun. Abdul Muhyi melanjutkan pengembaraannya hingga ke daerah Batuwangi dan Lebaksiu.

Setelah empat tahun menetap di Lebaksiu, ia bermukim di dalam goa (sekarang dikenal sebagai Goa Safarwadi) untuk mendalami ilmu agama dan mendidik para santrinya. Bersama para santrinya, Abdul Muhyi menyebarkan Islam di Kampung Bojong, sekitar 6 km dari goa. Sekarang tempat itu lebih dikenal sebagai Kampung Bengkok. Sekitar 2 kilometer dari Bojong, ia mendirikan perkampungan baru yang disebut Kampung Safarwadi.

Kampung itu kemudian berganti nama menjadi Pamijahan, yang artinya tempat ikan bertelur (memijah). Di Lebaksiu Syekh Muhyi menetap dan mensyiarkan Islam, meski demikian dia tetap berupa mencari keberadaan gua yang dimaksud syekh Abdurrauf. Konon jika tanaman padi yang ditanam Syekh Muhyi dapat panen dengan jumlah yang sama dengan bibit awal saat ditanam maka letak gua itu pun sudah dekat.

“Suatu hari dia memerhatikan bahwa tumbuhan beras telah tumbuh dan menghasilkan sebanyak seperti yang telah dia tanam. Dia bahagia dan bersyukur pada Allah atas tanda yang baik dan jelas menyangkut di mana gua yagn ia telah cari-cari selama 12 tahun,” tulis Sri Mulyati dalam Peran Edukasi Tarekat Qadariyah Naqsabandiyah dengan Referensi Utama Suryalaya.

Syekh Muhyi pun menemukan gua yang dimaksud gurunya pada usia 40 tahun. Gua itulah yang dinamakan Gua Pamijahan. Saat ini area gua masuk Desa Pamijahan, Kecamatan Bantarkalong, Tasikmalaya.

source